Telah diriwayatkan di zaman salaf bahwa suatu ketika ada seorang penyihir yg memancangkan seutas tali antara tiang dgn tiang di depan masjid lalu dia perintahkan seekor gajah utk meleatinya dan gajah itupun mampu melakukannya. Bukan hanya itu dia juga menggelinding di tanah namun tatkala dia katakan “Bangun..!” maka bangunlah orang tadi dan kepalanya pulih seperti semula. Melihat adegan tersebut Jundub bin Ka’ab menyibak kerumunan orang-orang yg menonton hingga mendapatkan penyulap tadi lalu beliau memukulnya hingga tersungkur lalu beliau katakan “Bangun..!” ternyata ia tidak bisa bangun. Begitulah perlakuan para salaf terhadap para penipu dan penyihir. Kekuatan dan tipuan bangsa jin atau syaitan tak berdaya menghadapi orang-orang mulia pilihan Allah. Secara umum profesi “dukun” sebenarnya telah memiliki konotasi buruk sejak zaman jahiliyah sehingga tatkala orang-orang musrik jahiliyah ingin menjauhkan manusia dari Nabi mereka sebarkan isu dan mereka memberikan gelar “kahin” atau “sihir” agar orang-orang manjauh dari Nabi. Begitu pula tatkala datangnya cahaya Islam tukang sihir dan dukun menempati track record yg buruk dalam pandangan Islam. Di jaman modern ini dukun lbh dikenal dgn istilah ngetrennya “paranormal” dan keberadaan mereka mendapat tempat terhormat dalam masyarakat baik yg berprofesi sebagai tukang ramal tukang sulap pemimpin adat sampai pada dukun yg melakukan pengobatan alternatif yg menggunakan jin sebagai prewangan . Para Dukun Mendapat Informasi dari Jin “Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Abdillah dari Hisyam bin Yusuf dari Ma’mar dari Az-Zuhri dari Urwah bin Zubeir dari Aisyah r.a. berkata “Orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang para dukun” beliau bersabda “Tidak ada apa-apanya.” Para sahabat bertanya “Wahai Rasulullah mereka kadang-kadang bisa menceritakan sesuatu yg benar kepada kami. Maka Rasulullah SAW bersabda “Kalimat tersebut berasal dari kebenaran yg dicuri oleh jin kemudian dibisikkan ke telinga para walinya . Maka para dukun tersebut mencampurkan kalimat yg benar tersebut dgn seratus kedustaan.” Hadits tersebut sejara jelas membuka kedok dan rahasia “keampuhan” dukun yg banyak mengecoh orang-orang yg menyandarkan harapan keselamatan dan kebahagiaan hidupnya kepada selain Allah. Dalam hadits ini terungkap pula teka-teki di balik kemampuan dukun yg terkadang dapat menebak peristiwa yg akan terjadi. Dijelaskan pula dalam hadits ini dari mana sumber ilmu paranormal . Pelajaran yg dapat dipetik dari petunjuk Rasulullah SAW tersebut diatas adalah
- Terkadang dukun mendapat kabar yg benar dari jin. Akan tetapi kedustaan yg dibawa sebenarnya jauh lbh besar dan lbh sering Imam Bukhari meriwayatkan pula dalam bab lain dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda “Apabila Allah memutuskan perkara di langit para malaikat memukul-mukulkan sayapnya dalam keadaan tunduk mendengarkan firman Allah laksana gemerincingnya rantai besi yg terjatuh pada batu yg licin. Maka rasa takut telah hilang dari hati malaikat mereka bertanya Apa yg telah ditetapkan oleh Rabbmu? Malaikat menjawab kepada yg lain “Allah berfirman tentang kebenaran sedangkan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar. Maka di saat ada setan-setan pencuri dgn membentuk formasi demikian Sufyan memperagakan dgn menyusun telapak tangannya dan membentangkan jari-jarinya. Kemudian setan pencuri dengar itu berhasil mencuri dengar kalimat yg benar lalu ia sampaikan kepada setan di bawahnya setan yg dibawahnya tersebut mengabarkan lagi kepada yg dibawahnya lagi sampai akhirnya yg paling bawah menyampaikan hingga sampai ke lidah tukang sihir atau dukun. Bisa jadi sebelum setan sempat menyampaikan berita yg benar tersebut keburu disambar oleh bintang api. Tetapi boleh jadi pula setan berhasil menyampaikan hasil curiannya sebelum disambar api. Kemudian setan menambahi kalimat yg benar tersebut dgn seratus kedustaan. Lalu dikatakan oleh orang-orang “Bukankah ia telah mengatakan kita hari begini dan begini demikian dan demikian? Maka dukun pun dipercaya krn kalimat yg benar yg dicuri dari langit.” .
- Kebanyakan manusia cenderung lbh mudah tergoda utk menerima kebatilan. Jika sekali saja dukun terbukti benar maka jiwa akan terpengaruh utk selalu menganggap tiap apa yg dikatakan dukun adl benar sementara mereka melupakan kedustaan-kedustaan yg telah mereka perbuat Taruhlah seorang dukun meramal sebanyak seratus kali lalu jin yg bekerja untuknya berhasil mencuri dengar sekali saja hingga dia memberitahukan sesuatu yg benar. Maka hal ini mengandung ketakjuban banyak orang higga dikiranya tiap kali dia ngomong mesti benar. Padahal yg benar hanya satu persen sekian persennya “kebetulan” benar dan sekian persen lagi salah. Contoh yg sangat mudah mendekati tanggal 9-9-1999 yg lalu para dukun tukang ramal atau paranormal mensosialisasikan besar-besaran diantaranya lewat tabloid posmo bahwa hari itu adl hari kiamat. Ada pula yg meramalkan Soeharto meninggal ditembak pada tahun 2000 dan sebagainya yg ternyata jauh dari kenyataan. Namun alangkah anehnya orang-orang belum merasa jera dan kapok dikibuli oleh para penipu itu.
- Tepatnya ramalan dukun bukanlah indikasi benarnya perbuatan tersebut secara syar’iDari pintu inilah banyak orang-orang jahil tergelincir jika apa yg mereka usahakan yakni dgn mendatangi dukun jika kebetulan terwujud mereka menyangka bahwa hal itu merupakan indikasi keridlaan Allah karen tercapainya cita-citanya. Hal ini pula yg menggeincirkan banyak orang yg berdo’a dgn cara-cara bid’ah dan syirik seperti berdo’a kepada Allah melalui perantara penghuni kuburan nenek moyangnya atau orang shaleh. Ketika kebetulan tercapai mereka menyangka bahwa apa yg mereka tempuh berarti benar dan diridlaai Allah padahal bisa jadi hal itu adl istidraj Allah SWT berfirman yg artinya “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yg kami berikan kepada mereka itu berarti Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak sesungguhnya mereka tidak sadar.” Kesimpulannya bahwa tepatnya ramalan dukun tercapainya tujuan melalui perantaraan dukun ataupun terkabulnya do’a bukanlah merupakan indikasi keridlaan Allah dan lurus di atas syare’at. Syaikhul Islam mengisahkan di dalam kitabnya “Iqtadha’us Shirathil Mustaqim” suatu kisah yg amat berharga utk kita ambil pelajarannya. Suatu ketika orang-orang kafir dari golongan Nasrani berhasil mengepung kota kaum muslimin namun mereka kehabisan persediaan air minum. Lalu mereka melobi kepada kaum muslimin agar mau memberikan air kepada mereka dgn jaminan mereka akan meninggalkan kota kaum muslimin. Maka musyawarahlah para pemimpin kaum muslimin. Mereka berkata “Biarlah mereka kehausan dan lemah kekuatan mereka lalu kita serang mereka.” Kemudian orang-orang Nashrani berdo’a kepada Allah agar menurunkan hujan atas mereka dan tiba-tiba hujan pun turun. Maka menjadi bingunglah orang-orang awam dari kaum muslimin melihat fenomena tersebut yg mana do’a orang kafir dikabulkan oleh Allah. Maka berkatlah amir kepada seorang yg alim ‘Berilah pengertian kepada manusia.’ Lalu disiapkanlah mimbar utk beliau lalu beliau berkhutbah “Ya Allah sesungguhnya kami mengetahui bahwa orang-orang kafir tersebut adl termasuk yg rizkinya menjadi tanggungan-Mu sebagaimana Engkau firmankan dalam kitab-Mu “Dan tiada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yg memberi rizkinya..” Mereka berdo’a kepada-Mu dalam keadaan terjepit sedangkan Engkau mengabulkan do’a orang-orang yg dalam keadaan terjepit jika mereka memohon kepada-Mu krn itulah Engkau menurunkan hujan bagi mereka krn semata-mata Engkaulah yg menanggung rizki mereka dan krn mereka berdo’a kepada-Mu dalam keadaan terjepit bukan krn Engkau mencintai mereka bukan pula krn Engkau mencintai agama mereka. Sekarang kami berharap agar Engkau menunjukkan kepada kami tanda-tanda kekuasaan-Mu sehingga menjadi teguhlah keimanan hamba-hamba-Mu yg beriman..” Maka sebentar kemudian Allah mengirimkan badai atas orang-orang kafir dan binasalah mereka. Sisi Kelam Kehidupan Para Dukun Tidak banyak orang yg tahu bahwa di balik keampuhan dan kesaktian para dukun ternyata ada sisi kelam dalam kehidupan mereka di dunia dan juga di akherat . Bagaimana tidak utk dapat bernego dgn para jin yg menjadi mitra kerjanya itu mereka harus rela menggadaikan kebahagiaan akheratnya dgn cara menanggalkan tauhid. Bukan rahasia lagi bahwa utk memperoleh kapasitas ilmu klenik yg tinggi mereka harus melakukan bentuk kesyirikan kezaliman ataupun kemaksiatan kepada Allah. Ada yg menyembelih utk jin ada yg menjadikan para gdis sebagai tumbal ada yg harus melakukan puasa-puasa bid’ah dan bahkan ada yg harus menjadikan mushaf Al-Qur’an sebagi alas kaki tatkala buang air besar inna lillaahi wa inna ilaihi raji’uun. Referensi
- Fathul Bari Ibnu Hajar Al-Asqalani
- Iqtidha’ Ash shirat Al-Mustaqim Ibnu Taimiyah
- Fathul Majid Syarh Kitab at-Tauhid Alu Syaikh
- Tafsir Al-Qur’an Ibnu Katsir Sumber Majalah Ar-Risalah edisi No. /Th. I Syawal - Dzulqo’dah 1422 H/Januari 2002sumber file al_islam.chm
0 komentar:
Posting Komentar