Tupai Terbang Papua
Nama Latin : Petaurus Breviceps
Asal lokasi : Indonesia, Australia, Papua.
Badan : 12.7cm Ekor: 15cm
Berat : Jantan140g Betina120g
Status : belum terancam punah
Masa Hamil : 14-16 hari
Makanan : Madu, Serangga
Asal lokasi : Indonesia, Australia, Papua.
Badan : 12.7cm Ekor: 15cm
Berat : Jantan140g Betina120g
Status : belum terancam punah
Masa Hamil : 14-16 hari
Makanan : Madu, Serangga
Mata besar, dada putih dan lembaran
kulit antara kaki dan tangannya, lembaran yang membantu melayang di udara dan
stabil pada waktu lompat dari tempat yang tinggi . Sugar
glider adalah mamalia marsupial, seperti kangguru. Mamalia marsupial hanya
menghabiskan waktu yang singkat perkembangan di dalam perut ibunya dan sangat
kecil pada saat lahir. Setelah lahir, bayi marsupial akan merangkak ke kantong
ibunya dan pemberian makanan lewat susu ibunya dan terus tumbuh dan berkembang.Sugar
glider adalah mamalia marsupial, seperti kangguru. Mamalia marsupial hanya
menghabiskan waktu yang singkat perkembangan di dalam perut ibunya dan sangat
kecil pada saat lahir. Setelah lahir, bayi marsupial akan merangkak ke kantong
ibunya dan pemberian makanan lewat susu ibunya dan terus tumbuh dan berkembang.
Masih banyak orang yang tidak mengerti dan mengenal
akan hewan yang disebut dengan sugar glider ini. Sugar glider sendiri merupakan
hewan asli Indonesia, yaitu di daerah Irian. Penyeberannya meliputi Australia,
Irian Jaya, dan Papua Nugini. Di luar negeri, khususnya di Amerika, sugar
glider sendiri sudah menjadi hewan peliharan eksotis yang banyak diminati.
Bahkan banyak para breeder yang sudah berhasil dan menghasilkan strain2 warna
yang baru. Sedangkan ironisnya, di Indonesia sendiri sugar glider belum dikenal
oleh masyarakat. Hewan ini bukan termasuk hewan yang dilindungi.
Nama Sugar glider sendiri awalnya berasal dari kata
Sugar karena hewan ini sangat suka dengan madu atau sesuatu yang rasanya manis.
Sedangkan glider berasal dari adanya membran yang ada pada kedua sisi tubhnya
yang digunakan untuk gliding (melayang) dari pohon satu ke pohon yang lain.
Banyak orang-orang yang ketika pertama kali melihat Sugar Glider menyebutnya
sebagai tupai terbang atau bajing loncat. Padahal keduanya merupakan subclass
yang berbeda. Sugar glider sendiri memang tergolong dalam kelas mamalia, tapi
merupakan hewan marsupilia (hewan berkantung). Selain itu hewan ini juga
merupakan hewan nocturnal, dimana mereka aktif hanya pada malam hari dan
menghabiskan waktu di siang hari untuk tidur dalam sarangnya.
Habitat aslinya adalah daerah hutan, khususnya pada
bagian2 puncak pohon dimana mereka bisa menemukan lubang untuk membuat
sarangnya. Sugar glider sendiri tergolong sebagai hewan omnivora (pemakan
segala). Dihabitat aslinya sugar glider biasanya mengkonsumsi nektar (serbuk
sari bunga), buah2an, dan berbagai macam serangga. Tidak jarang anak burung
juga menjadi sasaran mereka. Sugar glider merupakan hewan sosial yang hidup
dalam suatu koloni/kelompok. Oleh karena itu untuk memilhara seekor sugar
glider kita harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain-main dengan mereka.
Jika kita tidak memiliki waktu yang cukup sebaiknya kita memelihara sugar
glider paling sedikit 2 ekor, karena umumnya sugar glider yang dipelihara
secara solitaire/ sendiri menjadi stress biasanya tidak bisa bertahan lama. Di
alam liar umur sugar glider bisa mencapai 5-7 tahun. Sedangkan dengan perawatan
yang baik sugar glider bisa hidup hingga mencapai usia 15 tahun.
Seekor sugar glider dewasa berukuran 5-6 inci,
dengan panjang ekor yang sama dengan badannya, dimana ekor ini berfungsi untuk
menjaga keseimbangan. Selain itu ekor juga berfungsi untuk mengangkat bahan2
yang digunakan untuk membuat sarang (ranting dan daun kering). Ekor ini tidak
cukup kuat untuk menahan berat tubuhnya sehingga hindari untuk mengangkat sugar
glider pada bagian ekornya.
Pemeliharaan sugar glider sendiri sebenarnya tidak
terlalu sulit jika mengerti dan meperhatikan sifat-sifat dari hewan ini. Sifat
sosial dari sugar glider memungkin mereka menjadi peliharaan yang bisa dekat
dengan pemiliknya. Sugar glider yang sudah dekat dengan pemiliknya bahkan akan
menganggap sang majikan sebagai suatu shelter dimana dia bisa mendapatkan
perlindungan ketika dia merasa terancam, dan akan selalu mengkikuti kemanapun
majikannya pergi
Status :
Belum terancam punah dan tidak dilindungi
Trenggiling
Nama Lokal : Trenggiling
Nama Latin : Manis
javanica
Klasifikasi :
Kingdom
: Animalia
Phyllum : Chordata
Sub
Phyllum :
Vertebrata
Classis : Mammalia
Ordo : Polidota
Familia : Manidae
Genus : Manis
Species : Manis javanica
Trenggiling (Manis javanica) mempunyai
bentuk tubuh yang memanjang, dengan lidah yang dapat dijulurkan hingga
sepertiga panjang tubuhnya untuk mencari semut di sarangnya. Tenggiling adalah
haiwan yang tergolong dalam golongan kelas Mamalia. Tenggiling adalah haiwan
berdarah panas, melahirkan anak, menjaga anak, dan mempunyai bulu dan sisik di
badan. Tubuh tenggiling lebih besar dari kucing. Kakinya pendek dan ekornya
panjang. Tubuhnya bersisik. Sisik pada bagian punggung dan bagian luar kaki
tenggiling berwarna coklat terang. Ia tidak mempunyai gigi. Ia memangsa makanan
berupa semut dan serangga menggunakan lidahnya. Jantung Tenggiling terdiri
daripada 4 bahagian seperti manusia. Bahagian atas dikenali sebagai atrium,
sementara bagian bawah dikenali sebagai ventrikel.
Rambutnya
termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang tersusun membentuk perisai
berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika diganggu, trenggiling akan
menggulungkan badannya seperti bola. Ia dapat pula
mengebatkan ekornya, sehingga "sisik"nya dapat melukai kulit
pengganggunya. Trenggiling mempunyai lidah yang mampu dijulurkan hingga
sepertiga panjang tubuhnya. Lidah ini berguna untuk menangkap semut dan rayap
yang merupakan makanan utamanya. Lidahnya digunakan untuk menjilat buruannya.
Semut dan rayap akan melekat di lidah trenggiling berkat ludahnya. Di bagian
dada trenggiling terdapat kelenjar ludah yang sangat besar. Kelenjar ini
menghasilkan cairan yang bisa merekat insek. Trenggiling (Manis javanica)
merupakan binatang nokturnalyang aktif melakukan kegiatan hanya di malam hari.
Satwa langka ini mampu berjalan beberapa kilometer dan balik lagi kelubang
sarangnya yang ditempatinya untuk beberapa bulan. Binatang ini mempunyai bentuk
tubuh khas yang memanjang dan tertutupi sisik. Panjang dari kepala hingga
pangkal ekor mencapai 58 cm. Panjang ekor mencapai 45 cm. Berat tubuh
trenggiling sekitar 2 kg.
Trenggiling
(Manis javanica) habitatnya di daerah hutan hujan tropika amat sesuai
sebagai habitat hidupan liar ini. Trenggiling kadang juga dikenal sebagai
anteater. Tinggal di lubang-lubang bawah pokok, bagian akar pohon, dalam lubang
dan sarang anai-anai dan semut yang digali, serta pada batang pokok yang
berlubang.
Trenggiling (Manis javanica)
satwa ini tersebar di Nias, Mentawai, Sumatera, Riau. Pulau Lingga, Kalimantan,
tentu saja di Jawa hingga Bali dan Lombok. Bisa dikatakan tersebar di Indonesia
Barat. Bahkan sejenisnya pun bisa dijumpai di Burma, Malaysia–Singapura dan
Filipina. Sedangkan saudara sejenisnya bisa dijumpai sampai di Afrika. Selain
terdapat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan (Indonesia) juga terdapat di
negara Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, dan
Vietnam.
Trenggiling terdiri dari satu jenis
(genus) dan 7 spesies / species (rumpun), yaitu spesies :
Makanan
kegemaran Tenggiling ini adalah dari spesies semut dan anai-anai. Secara
biologinya trenggiling adalah pengawal semula jadi populasi anai-anai di hutan
kita. Coba bayangkan sekiranya Tenggiling sudah pupus dari dunia ini. Maka
anai-anai bermaha rajalela dan habis semua pokok balak dan pokok -pokok buah
buahan hutan tumbang kerana telah dimakan anai-anai. Dan akhirnya tiada lagi
pokok-pokok besar dan tiada lagi pokok-pokok induk bagi melahirkan generasi
pokok yang baru dan akhirnya tiada lagi hutan di negara kita.
Status :
Hewan Langka yang di Lindungi
Undang undang :
Trenggiling termasuk satwa liar dilindungi Undang - Undang, sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999, dan ada kententuan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 bahwa:
|
Kantong Semar
Nama Latin : Nepenthes alatam
Nama Inggris : Pitcher Plants
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Kingdom : Plantae
Devisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Caryophyllales
Famili :
Nepenthaceae
Genus :
Nepenthes L.
Spesies : Nepenthes alatam
Ciri – ciri :
a.
Batang
Batang pada kantung semar yang
merambat menyerupai batang pada tanaman anggur dan vanili. Batang tersebut akan
memanjat pada tanaman dan semak perdu yang tumbuh di sekitarnya. Batang umumnya
berwarna hijau, terkadang juga berwarna ungu tua atau merah tua. Pada beberapa
spesies tumbuh batang roset yang letaknya pada pangkal batang tertua. Batang
tersebut memiliki ketebalan 0 - 3 mm.
Bentuk
batang pada kantung semar berbeda-beda, tergantung pada spesiesnya. Ada batang
yang berbentuk segitiga seperti pada N. gracilis dan N. reinwardtiana;
berbentuk segi empat seperti pada N. spathulata; dan bersudut seperti
pada N. adrianii.
b.
Daun
Warna daun kantung semar umumnya
hijau atau hijau kekuningan, namun terkadang daun berwarna merah tua hingga
keunguan. Daun muncul di ruas-ruas batang dan di ujung daun akan muncul sulur
panjang yang tipis. Sulur tersebut menjadi penopang ketika tanaman kantung
semar merambat ke pohon lain, dan dari ujung sulur tersebut yang kemudian akan
muncul kantung.
c.
Kantung
Kantung semar memiliki kantung yang
berbeda-beda tiap spesiesnya, dan terkadang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan antar spesies. Kantung pada nepenthes memiliki warna dan
corak yang berbeda-beda, diantaranya: kuning, hijau, merah, cokelat, hitam,
merah kecokelatan, hijau semburat merah, dan lain sebagainya. Namun perbedaan
warna dan corak ini tidak dapat dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan
spesies kantung semar.
Berdasarkan
bentuk kantungnya, kantung semar memiliki 6 bentuk kantung, diantaranya:
berbentuk silinder memanjang; bulat memanjang; bundar; bulat telur; berbentuk
kendi; dan berbentuk corong. Pada awal pembentukan, kantung tertutup oleh
penutup yang juga bervariasi bentuknya: bundar, lonjong, bulat telur, silinder,
segitiga, dan berbentuk taji.
Dilihat
dari letaknya, kantung dibedakan menjadi kantung bawah dan kantung atas.
Kantung bawah atau disebut juga kantung roset, biasanya memiliki mulut kantung
yang lebar. Kantung roset muncul pada tanaman yang masih muda atau tanaman yang
sudah dipangkas sehingga merangsang pamunculan daun roset. Sayap pada bagian
depan kantung sudah berkembang baik dengan tampilan rambut tipis sepanjang
tepinya.
Kantung
atas pada kantung semar berbentuk cenderung seperti corong dibandingkan dengan
kantung bawah. Sayapnya menjadi dua tulang daun tipis dengan sedikit rambut di
pinggirnya. Kantung atas juga menyimpan cairan nectar yang lebih sedikit
dibandingkan kantung bawah sehingga lebih ringan.
Beberapa
spesies kantung semar memiliki kantung peralihan, yaitu kantung perantara
antara kantung atas dan kantung bawah. Bentuk kantung peralihan merupakan
peralihan dari bentuk kantung atas dan kantung bawah, memiliki sayap tetapi
tipe corong belum seperti kantung bawah, melainkan sudah lebih menyerupai
corong pada kantung atas.
d.
Bunga
Bunga kantung semar muncul sekali atau dua kali setahun, atau bahkan terus
menerus. Satu tanaman menghasilkan bunga jantan atau betina yang muncul di
dekat puncak batang utama. Bakal bunga jantan saat belum mekar berbentuk bulat
tanpa ada belimbingan. Sedangkan bunga betina memiliki belimbingan (lekukan
seperti buah belimbing) di bakal bunganya.
Kantong
semar adalah tanaman karnivora yang memakan serangga, ulat dan anak katak.
Tanaman ini hidup sebagai carnivora (carnivorous plant) karena hidup di
daerah yang minim unsur nitrat dan fosfat. Sebagai carnivora tumbuhan ini
menpunyai alat perangkap serangga berupa kantung atau periuk, yang merupakan
perubahan bentuk dari ujung
daun. Untuk mencerna mangsanya tumbuhan ini mempunyai enzim pemecah protein atau zat kimia di dalam kantongnya. Sisa-sisa serangga yang dicernanya, dibiarkannya semut-semut memakannya, sehingga antara semut dan kantong semar terjadi simbiosis mutualisme.
Tumbuhan ini juga masih melakukan fotosintesis untuk keperluan zat tepung dan gula yaitu daun pada bagian pangkal batang yang berbentuk pipih dan berwarna hijau.
daun. Untuk mencerna mangsanya tumbuhan ini mempunyai enzim pemecah protein atau zat kimia di dalam kantongnya. Sisa-sisa serangga yang dicernanya, dibiarkannya semut-semut memakannya, sehingga antara semut dan kantong semar terjadi simbiosis mutualisme.
Tumbuhan ini juga masih melakukan fotosintesis untuk keperluan zat tepung dan gula yaitu daun pada bagian pangkal batang yang berbentuk pipih dan berwarna hijau.
Kantong
semar mempunyai jenis species yang banyak. Tumbuhan ini hidup di daerah hutan
hujan tropis, mulai dari dataran rendah, menengah dan tinggi. Kebanyakan
tumbuhan ini hidup di Australia bagian utara, asia tenggara dan china bagian
selatan. Ada 82 jenis nepenthes dan yang terbanyak jenisnya terdapat di
Kalimantan dan Sumatera sebanyak 64 jenis.Kantung atau periuk yang berfungsi
sebagai perangkap serangga adalah bukan bunga tetapi merupakan perubahan bentuk
ujung daun, sedangkan daun pada bagian pangkal batang yang berbentuk pipih dan
berwarna hijau masih berfungsi untuk melakukan fotosintesis. Pada bibir kantung
mengluarkan bau manis dan menyengat yang menarik lalat atau serangga yang
lain. Di Borneo atau Kalimantan ada kantong semar yang mampu menjebak burung
kecil dan tikus kecil. Tidak semua serangga yang bisa dicerna oleh enzim
kantong semar, ada sejenis laba-laba yang dapat hidup di dalam kantong semar
misal laba-laba Misumenops nepenthicola, karena tubuhnya dilapisi zat
khusus anti enzim kantong semar. Kantong semar adalah tumbuhan berumah dua
artinya bunga jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda.
Kantong semar hidup ditempat-tempat
terbuka atau agak terlindung yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban
udara cukup tinggi. Tanaman ini hidup di hutan hujan tropik dataran rendah,
hutan pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, dan padang
savana. Berdasarkan ketinggian tempat tumbuhnya, kantong semar dibagi menjadi 3
(tiga) kelompok yaitu kantong semar dataran rendah, menengah dan dataran
tinggi.
Kantong semar tumbuh dan tersebar mulai dari
Australia bagian utara, Asia Tenggara, hingga Cina bagian selatan. Indonesia
sendiri memiliki Pulau Kalimantan dan Sumatera sebagai surga bagi habitat
tanaman ini. Dari 64 jenis yang hidup di Indonesia, 32 jenis diketahui terdapat
di Borneo (Kalimantan, Serawak, Sabah dan Brunei) sebagai pusat penyebaran
kantong semar. Pulau Sumatera menempati urutan kedua dengan 29 jenis yang sudah
berhasil diidentifikasi. Keragaman jenis kantong semar di pulau lainnya belum
diketahui secara pasti. Namun berdasarkan hasil penusuran herbarium di
Herbarium Bogoriense, Bogor ditemukan bahwa di Sulawesi minimum sepuluh jenis,
Papuan sembilan jenis, Maluku empat jenis, dan jawa dua jenis (Mansur, 2006).Di
Sulawesi Selatan, tanaman ini hanya dapat dijumpai di hutan-hutan alam seperti
di Kabupaten Luwu Timur, Kota Palopo, Luwu Utara yang menempati formasi
vegetasi sedikit terbuka dan kini tersisa karena masyarakat setempat belum
mengenal banyak tentang tanaman ini.
Status : Langka dan
Dilindungi
Kantong semar telah lama ditetapkan sebagai tanaman
yang dilindungi oleh negara berdasarkan UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan PP No.7 tahun 1999 tentang
jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Selain itu semua spesies
Nepenthes masuk kedalam daftar CITES (Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Flora and Fauna ) sebagai tanaman rentan kepunahan.
Bahkan saat ini berbagai negara seperti Amerika Sertikat dengan “The
International Carnivorous Plant Society” dan Inggeris dengan “New England
Carnivorous Plant Society and The Cernevorous Plant Society) telah peduli akan
kepunahan spesies yang unik mengagumkan ini, dimana mereka telah membentuk
organisasi yang akan bertugas menyelamatkan kantong semar dari kepunahan dengan
bentuk kegiatan penjagaan, pemeliharaan, pembudidayaan kantong semar.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, potensi
ancaman terhadap kelestarian kantong semar banyak berasal dari gangguan manusia
seperti tertimpa pohon yang ditebang, tercabut, dan inang tempat tumbuhnya
terpotong/ditebang (Kunarso dan Fatahul A, 2006). Selain aktivitas tersebut,
pola pembukaan lahan dengan sistem membakar juga dapat mengganggu kelangsungan
hidup tanaman tersebut.
Ancaman terbaru yang masuk belakangan ini adalah
pengeksploitasian oleh masyarakat untuk kepentingan bisnis. Eksploitasi yang
tidak memperhatikan kaidah ekologi-konservasi tentu akan mempercepat kepunahan.
Pengeksploitasian tersebut bukan dari hasil tangkaran atau budidaya tetapi dari
hasil cabutan alam.Moga-moga pehobi Kantong Semar Indonesia berhati tulus untuk
melestarikan tanaman hutan rimba yang sudah menjadi tanaman hias eksotis
ini, bukan sekedar mencari kepentingan pribadi dari organisasinya melainkan
ikhlas, tulus dalam memanfaatkan, menjaga dan mengembangkannya. Dengan demikian
tanaman tersebut tidak akan punah demi keseimbangan ekosistem alam ini, sehingga
citra Indonesia sebagai Negara Megabiodiversity di mata dunia tetap terkesan
dan keindahan serta keunikan dari Nepenthes Si Kantong Semar dapat pula
dinikmati oleh generasi kita mendatang.
Raflesia Arnoldii
Nama Latin : Rafflesia
Arnoldi
Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Malpighiales
Famili :
Rafflesiaceae
Genus :
Rafflesia
Spesies : Rafflesia Arnoldi
Padma Raksasa (Rafflesia arnoldii)
merupakan tumbuhan
parasit
obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat
besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di
jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak
memiliki daun
sehingga tidak mampu berfotosintesis. Penamaan bunga raksasa ini tidak
terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Bengkulu
(Sumatera) di suatu tempat dekat Sungai Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu
Selatan, sehingga Bengkulu dikenal di dunia sebagai The Land of Rafflesia atau
Bumi Rafflesia.
Rafflesia ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter
dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga menghisap unsur anorganik dan organik
dari tanaman inang Tetrastigma.
Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai "tanaman" adalah
jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat Tetrastigma. Bunga mempunyai
lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong.
Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari
atau putik
bergantung pada jenis kelamin bunga, jantan atau betina. Hewan penyerbuk adalah
lalat
yang tertarik dengan bau busuk yang dikeluarkan bunga. Bunga hanya berumur
sekitar satu minggu (5-7 hari) dan setelah itu layu dan mati. Persentase
pembuahan sangat kecil, karena bunga jantan dan bunga betina sangat jarang bisa
mekar bersamaan dalam satu minggu, itu pun kalau ada lalat yang datang
membuahi.
Ciri – ciri :
·
Bunga rafflesia
tidak memiliki akar, tangkai, maupun daun
·
Bunga Raflesia
memiliki 5 mahkota
·
Di dasar bunga yang
berbentuk gentong terdapat bunga sari atau putik, tergantung jenis kelamin bunga.
·
Keberadaan putik
dan benang sari yang tidak dalam satu rumah membuat presentase pembuahan yang
dibantu oleh serangga lalat sangat kecil,karena belum tentu dua bunga berbeda
kelamin tumbuh dalam waktu bersamaan di tempat yang berdekatan.
·
Masa pertumbuhan
bunga ini memakan waktu sampai 9 bulan, tetapi masa mekarnya hanya 5-7 hari.
Setelah itu rafflesia akan layu dan mati.
·
Rafflesia merupakan
tumbuhan parasit obligat pada tumbuhan merambat (liana) tetrasigma dan tinggal di dalam akar tersebut
seperti tali.
·
Sampai saat ini
Rafflesia tidak pernah berhasil dikembangbiakkan diluar habitat aslinya dan
apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia membutuhkan habitat hutan
primer untuk dapat bertahan hidup.
Rafflesia
Arnoldii adalah salah satu jenis flora unik Indonesia yang dinobatkan sebagai “puspa langka nasional Indonesia”. Ia
mempunyai nama
daerah yang beragam sesuai dengan bahasa penduduk kawasan
tumbuhnya, seperti sekedai,
ambun, bunga benalu, bunga hantu, ambai-ambai dan lain-lain. Ada beberapa macam bunga Rafflesia seperti
Rafflesia
Acehencis, Rafflesia Rochussenii, Rafflesia zollingeriana
dan lain-lain
yang tumbuhnya tersebar di beberapa daerah di kawasan
Malenesia yang
meliputi Malaysia, Indonesia dan Filipina. Tetapi
jenis-jenis ini
umumnya berukuran lebih kecil dengan penampilan saling
berbeda.
Rafflesia Arnoldii berukuran raksasa dan diketahui hanya
terdapat di
Sumatera dan penyebarannya berada di sepanjang punggung
Bukit Barisan
Rafflesia Arnoldii pertama kali ditemukan di Desa Pulau
Lebar
Kabupaten Bengkulu
Selatan dengan berat keseluruhan 15 pon. Tumbuhan ini ditemukan pada tanggal
20 Mei 1818 oleh
Sir Thomas Stanfort Raffles seorang Gubernur Jenderal
Inggris pada waktu itu, bersama seorang pencinta alam Dr. Joseph Arnold. Untuk menghormat penemuan ini, maka tumbuhan ini diberi nama Rafflesia
arlnoldii
Status : Langka dan di
Lindungi
PELESTARIAN FLORA DAN FAUNA DI
INDONESIA
Indonesia
memiliki banyak kawasan yang dilindungi dalam bentuk suaka alam. Kawasan suaka
alam diatur dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan
pokok kehutanan. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa hutan suaka alam
mencakup kawasan huitan yang karena sifatnya yang khas diperuntukkan secara
khusus bagi perlindungan alam hayati dan manfaat-manfaat lainnya. Kawasan
tersebut terdiri atas Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa.
Cagar Alam adalah kawasan yang
ditetapkan sebagai tempat untuk melindungi tumbuhan dan lingkungannya agar
dapat tumbuh secara alami.
Suaka Marga Satwa adalah kawasan
yang ditetapkan sebagai tempat untuk melindungi dan melestarikan berbagai jenis
hewan agar terhindar dari kepunahan
0 komentar:
Posting Komentar