Juno, satelit ruang angkasa milik NASA berbobot sekitar 3.267 kilogram akan melakukan perjalanan panjang ke Jupiter menggunakan tenaga matahari. Sejauh ini, ia merupakan pesawat tak berawak pertama yang pergi ke tempat yang jauh, hingga ke Jupiter, dengan hanya mengandalkan sel surya.
Seperti diketahui, Jupiter mengorbit sekitar 644 juta kilometer lebih jauh dibanding jarak Matahari dengan Bumi. Di daerah itu, sinar Matahari 25 kali lebih redup dibandingkan dengan cahaya Matahari yang sampai ke Bumi.
Untuk itu, Juno perlu kawasan pengumpul cahaya yang canggih agar mampu menghasilkan listrik dengan jumlah cukup. Oleh NASA, Juno dilengkapi oleh tiga susunan sel surya, masing-masing sebesar traktor gandeng. Sel surya sebanyak 18.698 per susun akan menghasilkan energi sebesar 400 watt saat di Jupiter.
Dikutip dari Space.com, 7 Agustus 2011, saat Juno keluar dari Jupiter, pada Juli 2016, ia akan mendiami orbit kutub yang sangat loncong, bergerak hingga jarak terdekatnya mencapai 5 ribu kilometer dari puncak awan planet raksasa itu.
Pada ketinggian ini, Juno akan melihat planet itu secara Jelas, meski membahayakan. Pasalnya, Jupiter sendiri memiliki lingkungan radiasi terkuat dibanding benda lain di tata surya, selain Matahari. Inilah alasan mengapa para peneliti membungkus instrumen dan elektronik sensitif dengan perlindungan berbahan titanium.
Di sana, Juno juga akan mengukur medan gravitasi dan magnet Jupiter dalam rangka menentukan apakah planet itu punya inti yang padat, dan jiga punya, mengukur seberapa besar inti tersebut. Dan berhubung ia akan terbang di atas kutub Jupiter, ia akan mampu melihat aurora Jupiter, fenomena yang di Bumi kerap disebut Northern dan Southern Lights.
Dalam misi selama setahun Bumi, Juno akan mengitari Jupiter sebanyak 33 kali sebelum secara sengaja dihantamkan ke Jupiter. Namun ilmuwan akan memastikan bahwa Juno tidak akan menghantam salah satu dari 64 buah bulan milik planet itu, yang kemungkinan memiliki kehidupan di dalamnya.
sumber : vivanews.com
0 komentar:
Posting Komentar