Rabu, 06 Februari 2013

Hewan langka Mari Lindungi Mereka



Tupai Terbang Papua 



Nama Latin    : Petaurus Breviceps
Asal lokasi     : Indonesia, Australia, Papua.  
Badan                        : 12.7cm  Ekor: 15cm
Berat              : Jantan140g Betina120g
Status             : belum terancam punah
Masa Hamil   : 14-16 hari
Makanan        : Madu, Serangga


Mata besar, dada putih dan lembaran kulit antara kaki dan tangannya, lembaran yang membantu melayang di udara dan stabil pada waktu lompat dari tempat yang tinggi . Sugar glider adalah mamalia marsupial, seperti kangguru. Mamalia marsupial hanya menghabiskan waktu yang singkat perkembangan di dalam perut ibunya dan sangat kecil pada saat lahir. Setelah lahir, bayi marsupial akan merangkak ke kantong ibunya dan pemberian makanan lewat susu ibunya dan terus tumbuh dan berkembang.Sugar glider adalah mamalia marsupial, seperti kangguru. Mamalia marsupial hanya menghabiskan waktu yang singkat perkembangan di dalam perut ibunya dan sangat kecil pada saat lahir. Setelah lahir, bayi marsupial akan merangkak ke kantong ibunya dan pemberian makanan lewat susu ibunya dan terus tumbuh dan berkembang.
Masih banyak orang yang tidak mengerti dan mengenal akan hewan yang disebut dengan sugar glider ini. Sugar glider sendiri merupakan hewan asli Indonesia, yaitu di daerah Irian. Penyeberannya meliputi Australia, Irian Jaya, dan Papua Nugini. Di luar negeri, khususnya di Amerika, sugar glider sendiri sudah menjadi hewan peliharan eksotis yang banyak diminati. Bahkan banyak para breeder yang sudah berhasil dan menghasilkan strain2 warna yang baru. Sedangkan ironisnya, di Indonesia sendiri sugar glider belum dikenal oleh masyarakat. Hewan ini bukan termasuk hewan yang dilindungi.
Nama Sugar glider sendiri awalnya berasal dari kata Sugar karena hewan ini sangat suka dengan madu atau sesuatu yang rasanya manis. Sedangkan glider berasal dari adanya membran yang ada pada kedua sisi tubhnya yang digunakan untuk gliding (melayang) dari pohon satu ke pohon yang lain. Banyak orang-orang yang ketika pertama kali melihat Sugar Glider menyebutnya sebagai tupai terbang atau bajing loncat. Padahal keduanya merupakan subclass yang berbeda. Sugar glider sendiri memang tergolong dalam kelas mamalia, tapi merupakan hewan marsupilia (hewan berkantung). Selain itu hewan ini juga merupakan hewan nocturnal, dimana mereka aktif hanya pada malam hari dan menghabiskan waktu di siang hari untuk tidur dalam sarangnya.
Habitat aslinya adalah daerah hutan, khususnya pada bagian2 puncak pohon dimana mereka bisa menemukan lubang untuk membuat sarangnya. Sugar glider sendiri tergolong sebagai hewan omnivora (pemakan segala). Dihabitat aslinya sugar glider biasanya mengkonsumsi nektar (serbuk sari bunga), buah2an, dan berbagai macam serangga. Tidak jarang anak burung juga menjadi sasaran mereka. Sugar glider merupakan hewan sosial yang hidup dalam suatu koloni/kelompok. Oleh karena itu untuk memilhara seekor sugar glider kita harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain-main dengan mereka. Jika kita tidak memiliki waktu yang cukup sebaiknya kita memelihara sugar glider paling sedikit 2 ekor, karena umumnya sugar glider yang dipelihara secara solitaire/ sendiri menjadi stress biasanya tidak bisa bertahan lama. Di alam liar umur sugar glider bisa mencapai 5-7 tahun. Sedangkan dengan perawatan yang baik sugar glider bisa hidup hingga mencapai usia 15 tahun.
Seekor sugar glider dewasa berukuran 5-6 inci, dengan panjang ekor yang sama dengan badannya, dimana ekor ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan. Selain itu ekor juga berfungsi untuk mengangkat bahan2 yang digunakan untuk membuat sarang (ranting dan daun kering). Ekor ini tidak cukup kuat untuk menahan berat tubuhnya sehingga hindari untuk mengangkat sugar glider pada bagian ekornya.
Pemeliharaan sugar glider sendiri sebenarnya tidak terlalu sulit jika mengerti dan meperhatikan sifat-sifat dari hewan ini. Sifat sosial dari sugar glider memungkin mereka menjadi peliharaan yang bisa dekat dengan pemiliknya. Sugar glider yang sudah dekat dengan pemiliknya bahkan akan menganggap sang majikan sebagai suatu shelter dimana dia bisa mendapatkan perlindungan ketika dia merasa terancam, dan akan selalu mengkikuti kemanapun majikannya pergi

Status              : Belum terancam punah dan tidak dilindungi



Trenggiling




Nama Ilmiah Manis javanica
- Berat          : 12 kilogram (dewasa)
- Panjang      : 90 cm
 -Status         : Hewan Langka


Nama Lokal          : Trenggiling
Nama Latin           : Manis javanica

Klasifikasi             :
Kingdom               : Animalia
Phyllum                 : Chordata
Sub Phyllum          : Vertebrata
Classis                   : Mammalia
Ordo                      : Polidota
Familia                  : Manidae
Genus                    : Manis
Species                  : Manis javanica


Trenggiling (Manis javanica) mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, dengan lidah yang dapat dijulurkan hingga sepertiga panjang tubuhnya untuk mencari semut di sarangnya. Tenggiling adalah haiwan yang tergolong dalam golongan kelas Mamalia. Tenggiling adalah haiwan berdarah panas, melahirkan anak, menjaga anak, dan mempunyai bulu dan sisik di badan. Tubuh tenggiling lebih besar dari kucing. Kakinya pendek dan ekornya panjang. Tubuhnya bersisik. Sisik pada bagian punggung dan bagian luar kaki tenggiling berwarna coklat terang. Ia tidak mempunyai gigi. Ia memangsa makanan berupa semut dan serangga menggunakan lidahnya. Jantung Tenggiling terdiri daripada 4 bahagian seperti manusia. Bahagian atas dikenali sebagai atrium, sementara bagian bawah dikenali sebagai ventrikel.

 Rambutnya termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika diganggu, trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola. Ia dapat pula mengebatkan ekornya, sehingga "sisik"nya dapat melukai kulit pengganggunya. Trenggiling mempunyai lidah yang mampu dijulurkan hingga sepertiga panjang tubuhnya. Lidah ini berguna untuk menangkap semut dan rayap yang merupakan makanan utamanya. Lidahnya digunakan untuk menjilat buruannya. Semut dan rayap akan melekat di lidah trenggiling berkat ludahnya. Di bagian dada trenggiling terdapat kelenjar ludah yang sangat besar. Kelenjar ini menghasilkan cairan yang bisa merekat insek. Trenggiling (Manis javanica) merupakan binatang nokturnalyang aktif melakukan kegiatan hanya di malam hari. Satwa langka ini mampu berjalan beberapa kilometer dan balik lagi kelubang sarangnya yang ditempatinya untuk beberapa bulan. Binatang ini mempunyai bentuk tubuh khas yang memanjang dan tertutupi sisik. Panjang dari kepala hingga pangkal ekor mencapai 58 cm. Panjang ekor mencapai 45 cm. Berat tubuh trenggiling sekitar 2 kg.

Trenggiling (Manis javanica) habitatnya di daerah hutan hujan tropika amat sesuai sebagai habitat hidupan liar ini. Trenggiling kadang juga dikenal sebagai anteater. Tinggal di lubang-lubang bawah pokok, bagian akar pohon, dalam lubang dan sarang anai-anai dan semut yang digali, serta pada batang pokok yang berlubang.
Trenggiling (Manis javanica) satwa ini tersebar di Nias, Mentawai, Sumatera, Riau. Pulau Lingga, Kalimantan, tentu saja di Jawa hingga Bali dan Lombok. Bisa dikatakan tersebar di Indonesia Barat. Bahkan sejenisnya pun bisa dijumpai di Burma, Malaysia–Singapura dan Filipina. Sedangkan saudara sejenisnya bisa dijumpai sampai di Afrika. Selain terdapat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan (Indonesia) juga terdapat di negara Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand, dan Vietnam.
Trenggiling terdiri dari satu jenis (genus) dan 7 spesies / species (rumpun), yaitu spesies :
  1. Manis Javania, hidup tersebar di Indonesia, Malaysia dan Indochina.
  2. Manis Pentadactyla, hidup di Nepal, Himalaya Timur, Myanmar dan China.
  3. Manis Carssicaudata, hidup di India dan Srilangka.
  4. Manis Tertradactyla, trenggiling tak berekor yang hidup di Asia.
  5. Manis Temmenki, hidup di Asia.
  6. Manis Triscuspis, hidup di Asia.

Makanan kegemaran Tenggiling ini adalah dari spesies semut dan anai-anai. Secara biologinya trenggiling adalah pengawal semula jadi populasi anai-anai di hutan kita. Coba bayangkan sekiranya Tenggiling sudah pupus dari dunia ini. Maka anai-anai bermaha rajalela dan habis semua pokok balak dan pokok -pokok buah buahan hutan tumbang kerana telah dimakan anai-anai. Dan akhirnya tiada lagi pokok-pokok besar dan tiada lagi pokok-pokok induk bagi melahirkan generasi pokok yang baru dan akhirnya tiada lagi hutan di negara kita.

Status              : Hewan Langka yang di Lindungi

Undang  undang :
Trenggiling termasuk satwa liar
dilindungi Undang - Undang, sebagaimana tertuang dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999, dan ada kententuan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 bahwa:
  1. Barangsiapa dengan Sengaja menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup; (Pasal 21 ayat (2) huruf a), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
  2. Barang Siapa Dengan Sengaja menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati (Pasal 21 ayat (2) huruf b), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat (2));
  3. Dengan Sengaja memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia; (Pasal 21 ayat (2) huruf d), diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (Pasal 40 ayat 3 ).




Kantong Semar 




Nama Latin          : Nepenthes alatam
Nama Inggris       : Pitcher Plants
Klasifikasi
Kingdom             : Plantae
Devisi                  : Magnoliophyta
Kelas                    : Magnoliopsida
Ordo                    : Caryophyllales
Famili                   : Nepenthaceae
Genus                  : Nepenthes L.
Spesies                 : Nepenthes alatam






Ciri – ciri         :

a.       Batang
Batang pada kantung semar yang merambat menyerupai batang pada tanaman anggur dan vanili. Batang tersebut akan memanjat pada tanaman dan semak perdu yang tumbuh di sekitarnya. Batang umumnya berwarna hijau, terkadang juga berwarna ungu tua atau merah tua. Pada beberapa spesies tumbuh batang roset yang letaknya pada pangkal batang tertua. Batang tersebut memiliki ketebalan 0 - 3 mm.
Bentuk batang pada kantung semar berbeda-beda, tergantung pada spesiesnya. Ada batang yang berbentuk segitiga seperti pada N. gracilis dan N. reinwardtiana; berbentuk segi empat seperti pada N. spathulata; dan bersudut seperti pada N. adrianii.
b.      Daun
Warna daun kantung semar umumnya hijau atau hijau kekuningan, namun terkadang daun berwarna merah tua hingga keunguan. Daun muncul di ruas-ruas batang dan di ujung daun akan muncul sulur panjang yang tipis. Sulur tersebut menjadi penopang ketika tanaman kantung semar merambat ke pohon lain, dan dari ujung sulur tersebut yang kemudian akan muncul kantung.

c.       Kantung
Kantung semar memiliki kantung yang berbeda-beda tiap spesiesnya, dan terkadang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan antar spesies. Kantung pada nepenthes memiliki warna dan corak yang berbeda-beda, diantaranya: kuning, hijau, merah, cokelat, hitam, merah kecokelatan, hijau semburat merah, dan lain sebagainya. Namun perbedaan warna dan corak ini tidak dapat dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan spesies kantung semar.
Berdasarkan bentuk kantungnya, kantung semar memiliki 6 bentuk kantung, diantaranya: berbentuk silinder memanjang; bulat memanjang; bundar; bulat telur; berbentuk kendi; dan berbentuk corong. Pada awal pembentukan, kantung tertutup oleh penutup yang juga bervariasi bentuknya: bundar, lonjong, bulat telur, silinder, segitiga, dan berbentuk taji.


Dilihat dari letaknya, kantung dibedakan menjadi kantung bawah dan kantung atas. Kantung bawah atau disebut juga kantung roset, biasanya memiliki mulut kantung yang lebar. Kantung roset muncul pada tanaman yang masih muda atau tanaman yang sudah dipangkas sehingga merangsang pamunculan daun roset. Sayap pada bagian depan kantung sudah berkembang baik dengan tampilan rambut tipis sepanjang tepinya.
Kantung atas pada kantung semar berbentuk cenderung seperti corong dibandingkan dengan kantung bawah. Sayapnya menjadi dua tulang daun tipis dengan sedikit rambut di pinggirnya. Kantung atas juga menyimpan cairan nectar yang lebih sedikit dibandingkan kantung bawah sehingga lebih ringan.
Beberapa spesies kantung semar memiliki kantung peralihan, yaitu kantung perantara antara kantung atas dan kantung bawah. Bentuk kantung peralihan merupakan peralihan dari bentuk kantung atas dan kantung bawah, memiliki sayap tetapi tipe corong belum seperti kantung bawah, melainkan sudah lebih menyerupai corong pada kantung atas.

d.      Bunga 
      Bunga kantung semar muncul sekali atau dua kali setahun, atau bahkan terus menerus. Satu tanaman menghasilkan bunga jantan atau betina yang muncul di dekat puncak batang utama. Bakal bunga jantan saat belum mekar berbentuk bulat tanpa ada belimbingan. Sedangkan bunga betina memiliki belimbingan (lekukan seperti buah belimbing) di bakal bunganya.

Kantong semar adalah tanaman karnivora yang memakan serangga, ulat dan anak katak. Tanaman ini hidup sebagai carnivora (carnivorous plant) karena hidup di daerah yang minim unsur nitrat dan fosfat. Sebagai carnivora tumbuhan ini menpunyai alat perangkap serangga berupa kantung atau periuk, yang merupakan perubahan bentuk dari ujung
daun. Untuk mencerna mangsanya tumbuhan ini mempunyai enzim pemecah protein atau zat kimia di dalam kantongnya. Sisa-sisa serangga yang dicernanya, dibiarkannya semut-semut memakannya, sehingga antara semut dan kantong semar terjadi simbiosis mutualisme.
Tumbuhan ini juga masih melakukan fotosintesis untuk keperluan zat tepung dan gula yaitu daun pada bagian pangkal batang yang berbentuk pipih dan berwarna hijau.

Kantong semar mempunyai jenis species yang banyak. Tumbuhan ini hidup di daerah hutan hujan tropis, mulai dari dataran rendah, menengah dan tinggi. Kebanyakan tumbuhan ini hidup di Australia bagian utara, asia tenggara dan china bagian selatan. Ada 82 jenis nepenthes dan yang terbanyak jenisnya terdapat di Kalimantan dan Sumatera sebanyak 64 jenis.Kantung atau periuk yang berfungsi sebagai perangkap serangga adalah bukan bunga tetapi merupakan perubahan bentuk ujung daun, sedangkan daun pada bagian pangkal batang yang berbentuk pipih dan berwarna hijau masih berfungsi untuk melakukan fotosintesis. Pada bibir kantung mengluarkan bau manis  dan menyengat yang menarik lalat atau serangga yang lain. Di Borneo atau Kalimantan ada kantong semar yang mampu menjebak burung kecil dan tikus kecil. Tidak semua serangga yang bisa dicerna oleh enzim kantong semar, ada sejenis laba-laba yang dapat hidup di dalam kantong semar misal laba-laba Misumenops nepenthicola, karena tubuhnya dilapisi zat khusus anti enzim kantong semar. Kantong semar adalah tumbuhan berumah dua artinya bunga jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda.

Kantong semar hidup ditempat-tempat terbuka atau agak terlindung yang miskin unsur hara dan memiliki kelembaban udara cukup tinggi. Tanaman ini hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, dan padang savana. Berdasarkan ketinggian tempat tumbuhnya, kantong semar dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu kantong semar dataran rendah, menengah dan dataran tinggi.
Kantong semar tumbuh dan tersebar mulai dari Australia bagian utara, Asia Tenggara, hingga Cina bagian selatan. Indonesia sendiri memiliki Pulau Kalimantan dan Sumatera sebagai surga bagi habitat tanaman ini. Dari 64 jenis yang hidup di Indonesia, 32 jenis diketahui terdapat di Borneo (Kalimantan, Serawak, Sabah dan Brunei) sebagai pusat penyebaran kantong semar. Pulau Sumatera menempati urutan kedua dengan 29 jenis yang sudah berhasil diidentifikasi. Keragaman jenis kantong semar di pulau lainnya belum diketahui secara pasti. Namun berdasarkan hasil penusuran herbarium di Herbarium Bogoriense, Bogor ditemukan bahwa di Sulawesi minimum sepuluh jenis, Papuan sembilan jenis, Maluku empat jenis, dan jawa dua jenis (Mansur, 2006).Di Sulawesi Selatan, tanaman ini hanya dapat dijumpai di hutan-hutan alam seperti di Kabupaten Luwu Timur, Kota Palopo, Luwu Utara yang menempati formasi vegetasi sedikit terbuka dan kini tersisa karena masyarakat setempat belum mengenal banyak tentang tanaman ini.
Status              : Langka dan Dilindungi
Kantong semar telah lama ditetapkan sebagai tanaman yang dilindungi oleh negara berdasarkan UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan PP No.7 tahun 1999 tentang jenis-jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi. Selain itu semua spesies Nepenthes masuk kedalam daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna ) sebagai tanaman rentan kepunahan. Bahkan  saat ini berbagai negara seperti Amerika Sertikat dengan “The International Carnivorous Plant Society” dan Inggeris dengan “New England Carnivorous Plant Society and The Cernevorous Plant Society) telah peduli akan kepunahan spesies yang unik mengagumkan ini, dimana mereka telah membentuk organisasi yang akan bertugas menyelamatkan kantong semar dari kepunahan dengan bentuk kegiatan penjagaan, pemeliharaan, pembudidayaan kantong semar.
 Berdasarkan pengamatan di lapangan, potensi ancaman terhadap kelestarian kantong semar banyak berasal dari gangguan manusia seperti tertimpa pohon yang ditebang, tercabut, dan inang tempat tumbuhnya terpotong/ditebang (Kunarso dan Fatahul A, 2006). Selain aktivitas tersebut, pola pembukaan lahan dengan sistem membakar juga dapat mengganggu kelangsungan hidup tanaman tersebut.
Ancaman terbaru yang masuk belakangan ini adalah pengeksploitasian oleh masyarakat untuk kepentingan bisnis. Eksploitasi yang tidak memperhatikan kaidah ekologi-konservasi tentu akan mempercepat kepunahan. Pengeksploitasian tersebut bukan dari hasil tangkaran atau budidaya tetapi dari hasil cabutan alam.Moga-moga pehobi Kantong Semar Indonesia berhati tulus untuk melestarikan tanaman hutan rimba  yang sudah menjadi tanaman hias eksotis ini, bukan sekedar mencari kepentingan pribadi dari organisasinya melainkan ikhlas, tulus dalam memanfaatkan, menjaga dan mengembangkannya. Dengan demikian tanaman tersebut tidak akan punah demi keseimbangan ekosistem alam ini, sehingga citra Indonesia sebagai Negara Megabiodiversity di mata dunia tetap terkesan dan keindahan serta keunikan dari Nepenthes Si Kantong Semar dapat pula dinikmati oleh generasi kita mendatang.


Raflesia Arnoldii




Nama Latin : Rafflesia  Arnoldi
Klasifikasi ilmiah:
Kerajaan       : Plantae
Divisi            : Magnoliophyta
Kelas            : Magnoliopsida
Ordo             : Malpighiales
Famili           : Rafflesiaceae
Genus           : Rafflesia
Spesies         : Rafflesia  Arnoldi



        Padma Raksasa (Rafflesia arnoldii) merupakan tumbuhan parasit obligat yang terkenal karena memiliki bunga berukuran sangat besar, bahkan merupakan bunga terbesar di dunia. Ia tumbuh di jaringan tumbuhan merambat (liana) Tetrastigma dan tidak memiliki daun sehingga tidak mampu berfotosintesis. Penamaan bunga raksasa ini tidak terlepas oleh sejarah penemuannya pertama kali pada tahun 1818 di hutan tropis Bengkulu (Sumatera) di suatu tempat dekat Sungai Manna, Lubuk Tapi, Kabupaten Bengkulu Selatan, sehingga Bengkulu dikenal di dunia sebagai The Land of Rafflesia atau Bumi Rafflesia.
Rafflesia ketika sedang mekar bisa mencapai 1 meter dengan berat sekitar 11 kilogram. Bunga menghisap unsur anorganik dan organik dari tanaman inang Tetrastigma. Satu-satunya bagian yang bisa disebut sebagai "tanaman" adalah jaringan yang tumbuh di tumbuhan merambat Tetrastigma. Bunga mempunyai lima daun mahkota yang mengelilingi bagian yang terlihat seperti mulut gentong. Di dasar bunga terdapat bagian seperti piringan berduri, berisi benang sari atau putik bergantung pada jenis kelamin bunga, jantan atau betina. Hewan penyerbuk adalah lalat yang tertarik dengan bau busuk yang dikeluarkan bunga. Bunga hanya berumur sekitar satu minggu (5-7 hari) dan setelah itu layu dan mati. Persentase pembuahan sangat kecil, karena bunga jantan dan bunga betina sangat jarang bisa mekar bersamaan dalam satu minggu, itu pun kalau ada lalat yang datang membuahi.
Ciri – ciri         :

·         Bunga rafflesia tidak memiliki akar, tangkai, maupun daun
·         Bunga Raflesia memiliki 5 mahkota
·         Di dasar bunga yang berbentuk gentong terdapat bunga sari atau putik, tergantung jenis kelamin bunga.
·         Keberadaan putik dan benang sari yang tidak dalam satu rumah membuat presentase pembuahan yang dibantu oleh serangga lalat sangat kecil,karena belum tentu dua bunga berbeda kelamin tumbuh dalam waktu bersamaan di tempat yang berdekatan.
·         Masa pertumbuhan bunga ini memakan waktu sampai 9 bulan, tetapi masa mekarnya hanya 5-7 hari. Setelah itu rafflesia akan layu dan mati.
·         Rafflesia merupakan tumbuhan parasit obligat pada tumbuhan merambat (liana) tetrasigma dan tinggal di dalam akar tersebut seperti tali.
·         Sampai saat ini Rafflesia tidak pernah berhasil dikembangbiakkan diluar habitat aslinya dan apabila akar atau pohon inangnya mati, Raflesia akan ikut mati. Oleh karena itu Raflesia membutuhkan habitat hutan primer untuk dapat bertahan hidup.

Rafflesia Arnoldii adalah salah satu jenis flora unik Indonesia yang dinobatkan sebagai “puspa langka nasional Indonesia”. Ia mempunyai nama daerah yang beragam sesuai dengan bahasa penduduk kawasan tumbuhnya,  seperti sekedai, ambun, bunga benalu, bunga hantu, ambai-ambai dan lain-lain. Ada beberapa macam bunga Rafflesia seperti Rafflesia Acehencis, Rafflesia Rochussenii, Rafflesia zollingeriana dan lain-lain yang tumbuhnya tersebar di beberapa daerah di kawasan Malenesia yang meliputi Malaysia, Indonesia dan Filipina. Tetapi jenis-jenis ini umumnya berukuran lebih kecil dengan penampilan saling berbeda. Rafflesia Arnoldii berukuran raksasa dan diketahui hanya terdapat di Sumatera dan penyebarannya berada di sepanjang punggung Bukit Barisan Rafflesia Arnoldii pertama kali ditemukan di Desa Pulau Lebar Kabupaten Bengkulu Selatan dengan berat keseluruhan 15 pon. Tumbuhan ini ditemukan pada tanggal 20 Mei 1818 oleh Sir Thomas Stanfort Raffles seorang Gubernur Jenderal Inggris pada waktu itu, bersama seorang pencinta alam Dr. Joseph Arnold. Untuk menghormat penemuan ini, maka tumbuhan ini diberi nama Rafflesia arlnoldii

Status              : Langka dan di Lindungi




PELESTARIAN FLORA DAN FAUNA DI INDONESIA

Indonesia memiliki banyak kawasan yang dilindungi dalam bentuk suaka alam. Kawasan suaka alam diatur dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok kehutanan. Undang-undang tersebut menyatakan bahwa hutan suaka alam mencakup kawasan huitan yang karena sifatnya yang khas diperuntukkan secara khusus bagi perlindungan alam hayati dan manfaat-manfaat lainnya. Kawasan tersebut terdiri atas Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa.
Cagar Alam adalah kawasan yang ditetapkan sebagai tempat untuk melindungi tumbuhan dan lingkungannya agar dapat tumbuh secara alami.
Suaka Marga Satwa adalah kawasan yang ditetapkan sebagai tempat untuk melindungi dan melestarikan berbagai jenis hewan agar terhindar dari kepunahan


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review